Modul 1.1
Konsep Pendidikan Merdeka Ki Hajar Dewantara
(refleksi modul 1.1)
Tujuan pendidikan di Indonesia saat ini
telah bergeser dari arus pendidikan
berbasis kompetensi kemudian bergerak menuju
kemerdekan belajar. Kita tidak perlu mencari siapa tokoh yang
menginisiasi perubahan ini, namun yang harus kita cermati adalah siapakah tokoh
yang menjadi inspirasi bahkan kiblat dari arah perubahan ini dan bagaimana pemikiran beliau tentang mendidik. Beliau adalah
anak bangsa yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryningrat atau yang biasa kita
kenal dengan Ki Hajar Dewantara (KHD).
Kita semua mengenal beliau dari semboyan yang sudah tidak asing bagi kita kaum pendidik, yaitu patrap tri loka : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayni. Ketiga semboyan ini lahir dari pemikiran beliau bahwa mendidik adalah proses menyemai bibit bibit perdaban untuk kemanusiaan bukan menjejalkan kompetensi kompetensi baru, sehingga pendidik harus pandai mengambil posisi/peran, yaitu kapan menjadi contoh, kapan mengarahkan dan kapan harus memotivasi. sungguh sebuah pemikiran yang sangat dalam tentang makna mendidik. Sebagai sebuah proses persemaian tentu mendidik adalah sebuah proses yang dinamis artinya harus ada stimulus yang kreatif dan fokus. Pendidik juga harus mengenal tipologi benih yang sedang di semai artintya pendidik harus mengenali anak didiknya baik tingkat penyerapan kemmpuanya, gaya belajarnya ataupun bakatmya. Kita tidak bisa menggunakan cara menyemai padi untuk menyemai bibit jagung, seperti inilah gambaran kongkritnya.
Folosofi persemaian ini juga melahirkan konsep memerdekakan murid. Kemerdekaan belajar yang dimiliki murid bukan kemudian diartikan sebagai kemerdekaan yang tanpa aturan atau semau murid. sudut pandang kemerdekaan disini bermakna pendidik harus mengenal tipologi murid atau dalam bahasa KHD mendidik harus sesuai kodrat alamnya agar stimulus yang di berikan sesuai karakter anak tidak membebani namun justru mendorong murid untuk berfikir lebih kreatif dan apabila murid belum mampu menyerap stimulus yang d berikan oleh pendidik, tidak serta merta pendidik boleh membuat judgement "bodoh/nakal" melainkan menghadirkan refleksi bagi pendidik itu sendiri apakah ada yang harus di perbaiki dari model stimulus yang di berikan ataukah anak didik kita sebenarnya sedang berada pada situasi tertentu sehingga stimulus yang kita berikan menjadi terhambat ataupun tertolak.
Konsep memerdekakan anak didik ini menolak teori tabularasa, bahwa anak adalah kertas kosong. mirip dengan konsep Paulo Freire yaitu pendidikan yang membebaskan artinya anak anak bukan bejana kosong yang harus di jejali pengetahuan sesuai keinginan yang berkepentingan. Tugas guru adalah menemukan bakat siswa agar siswa dapat menciiptakan hal baru ataupun meredupliksi dengan inovasi bukan membuat sesuai pesanan pemangku kepentingan. Secara sepintas paulo freire memiliki pandangan mirip KHD namun KHD mempunyai konsep Tri kon yaitu kontinyuitas, konvergen dan konsentris yang menjadi rambu rambu arah pendidikan.
Prinsip Tri kon ini masih terkait dengan filosofi pendidikan yaitu menyemai bibit peradaban. Sebagai proses persemaian tentu anak anak didik tidak bisa kita cerabut dari kodrat zamanya. Anak anak tumbuh dalam suasana zaman yang berbeda dari generasi ke generasi namun KHD memnadang tetap di perlukan kontinyuiitas nilai yang harus tetap di wariskan dari generasi ke generasi meskipun zamanya berubah. Konvergen bisa diartikan (menurut pemaknaan pribadi)sebagai warning dari misi kita terhadap anak didik yaitu menjadikan mereka generasi yang mewarnai peradabannya dengan nilai kemanusiaan. seperti apapun metode pembelajran yang kita gunakan dan secanggih apapun media yang kita gunakan atau seluas apapun pengetahuan yang akan kita perkenalkan pada anak anak tetap harus terpusat pada nilai nilai kemanuasiaan. Seperti apapun dinamisnya proses persemaian bibit peradaban ini harus tetap konsentris dalam tatnan budaya budaya bangsa.
Nilai nilai luhur budaya bangsa harus kita tebalkan dalam laku anak didk kita dalam rangka menghaluskan budi nya sehingga muncullah pekerti pekerti yang mmapu memanusiakan manusia.
Sepertinya sudah tidak ada yang perlu di ramu lagi dari konsep pendidikan KHD karena beliau sudah mengadopsi dan meramu sedemikian rupa sehingga semua teori pendidikan dari negara lain sudah beliau tuangkan dalam gagasanya. Transformasi pendidkan di negara kita yaitu mencapai profil pelajar Pancasila sudah sangat sesuai menggunakan konsep KHD karena semerdeka apapun tawaranya KHD sangat menjunjung budaya bangsa sebagai rambu rambu atau benteng karakter bangsa.
Komentar
Posting Komentar